Selasa, 14 Juni 2011

Teknologi dan Industri Kecil

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KECIL


1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi (TI) telah mengubah cara dan peta bisnis dunia. Penggunaan Internet dan Electronic Data Interchange (EDI) untuk mendukung pertukaran informasi dan transaksi merupakan contoh. Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat difusi dan adopsi TI oleh kalangan bisnis. Namun demikian belum banyak kajian tentang difusi dan adopsi TI yang dilakukan dengan kasus Industri kecil dan menengah IKM). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa adopsi TI oleh IKM masih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar (OECD, 1993).
Kurangnya pemahaman peran strategis yang dapat dimainkan oleh TI terkait dengan pendekatan baru pemasaran, berhubungan dengan konsumen, dan bahkan pengembangan produk dan layanan diduga sebagai sebab rendahnya adopsi TI di oleh IKM (Stroeken dan Coumans, 1998). Initaitif pengembangan IKM menjadi sangat penting karena IKM telah lama terbukti sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebuah negara (e.g. Akhtar, 1997; CDASED, 1999; Mazzarol, Volery, Doss, dan Thein, 1999). Melihat peran penting yang dapat dimainkan oleh IKM tersebut, initiatif untuk meningkatkan daya saing IKM dengan berbagai program perlu dilakukan, termasuk dengan optimalisasi pemanfaatan TI. Oleh karena itu, sebelum kebijakan yang tepat sasaran dapat dirumuskan dengan baik, penelitian tentang kondisi obyektif adopsi TI oleh IKM di Indonesia perlu dilakukan. Penelitian yang diusulkan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan berikut:
(1) bagaimana adopsi TI oleh IKM di Indonesia,
(2) apa alasan IKM menggunakan atau tidak
menggunakan TI?, dan
(3) kendala apa yang dihadapi UKM dalam adopsi
TI?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran awal adopsi TI oleh UKM di
Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Selanjutnya, tulisan ini dibagi dalam
beberaba bagian. Bagian 2 mendiskudikan adopsi
inivasi, yang dilanjutkan dengan gambaran adopsi TI
oleh UKM. Bagian 4 menjelaskan metode
penelitian. Hasil dan diskusi hasil berturut-turut
dijelaskan pada Bagian 5 dan 6. Bagian 7 berisi
kesimpulan yang menutup tulisan ini.
2. ADOPSI INOVASI
Teknologi informasi dapat dilihat sebagai
sebuah inovasi yang proses difusinya melibatkan
dua sisi: sisi penawaran (supply side) dan sisi
permintaan (demand side) (Tornatzky dan Fleischer,
1990). Sisi penawaran terkait dengan pembuatan,
produksi, dan difusi inovasi, sedang sisi permintaan
berfokus pada adopsi dan aplikasi inovasi. Difusi
dan adopsi adalah merupakan penengah kedua sisi
ini.
Difusi biasanya terjadi pada tingkat yang
lebih tinggi atau luas, seperti pada sebuah
masyakarat, sedangkan adopsi secara umum terjadi
pada unit yang lebih kecil, seperti perusahaan dan
individu. Rogers (1995) mendefinisikan difusi
sebagai “the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time
among the members of a social system" (Rogers,
1995, h. 5).
Menurut Rogers (1995) kecepatan difusi
sebuah inovasi dipengaruhi oleh empat elemen, yaitu
(1) karakteristik inovasi; (2) kanal komunikasi yang
digunakan untuk mengkomunikasi manfaat inovasi;
(3) waktu sejak inovasi diperkenalkan; dan (4)
sistem sosial tempat inovasi berdifusi.
Semakin besar dan rumit inovasi, semakin
lama waktu yang dibutuhkan dalam difusi. Sebagai
contoh, difusi Internet pada sebuah masyarakat
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada